Selasa, 01 Mei 2012

Indahnya berbagi :)

Ini adalah cerita waktu gw kelas 12 SMA. Jadi ceritanya waktu itu gw n temen2 kelas gw yang menamakan dirinya d’siasat (Dua belaS IA SATu) tiba-tiba kepikiran buat bikin suatu hal yang bermanfaat. Apa itu?  

                                                               *jeng-jeng-jeng*

                                       kegiatan itu bernama BAKSOS alias Bakar Sosis #salah

Di kota Asal gw (re: Pandeglang) masih banyak daerah yang belum sejahtera. Dan daerah yang jadi fokus perhatian kami untuk baksos adalah Desa Patia. Desa ini sering masuk tivi dan koran looh.. penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena seringnya daerah ini dilanda banjir saat musim hujan.

Pada awalnya, kelas kami sepakat untuk menyumbang minimal sebesar 10 ribu rupiah tiap anak. Namun, setelah dimusyawarahkan dengan kelas lain, terjadilah pro kontra. “sumbangan kok dipatok minimalnya? Harusnya seikhlasnya dong.” Seperti itulah kurang lebih komentar siswa yang tidak setuju. Ya, memang 10 ribu merupakan nominal yang cukup besar saat itu. Akhirnya kami menyerahkan amanah kepada koordinator kelas masing-masing untuk mengumpulkan donasi dari tiap anak seikhlasnya, namun kelas kami tetap pada pendirian, 10 ribu tiap anak.

Setelah kurang lebih 2 minggu pengumpulan dana, terkumpul dana sebesar 2,7 juta. Ditambah dana dari donatur luar, total genap menjadi 3 juta rupiah. Dana ini kemudian kami konversi menjadi sembako yang akan disalurkan terhadap 110 keluarga. Alhamdulillah..

Minggu, 29 Maret 2009
Sekitar pukul 07.00 kami berkumpul di sekolah. Ditambah beberapa wakil dari kelas lain, kami semua berjumlah sekitar 30an orang. Tak ketinggalan wali kelas Bapak Gatot Sumaryono dan Pak Agus Yulia turut berpartisipasi. Setelah diawali kata2 sambutan dan do’a bersama, kami pun berangkat dengan konvoi sepeda motor. Dan perjalanan yang tak terlupakan pun dimulai.
Kurang lebih 2,5 jam waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan. Karena kondisi medan yang rusak parah, sudah tidak asing lagi melihat pemandangan berupa motor tergelincir, jatuh ke selokan, atau spakbor patah. ini contohnya..

                                                                -pray for yoga-

Jalanan licin dan berlumpur sukses juga membuat mobil tempur kami terjerembab (ceileh terjerembaab~). Kredit tinggi patut diberikan kepada sang driver Drajat Gumilang yang dengan skill mumpuninya dapat mengendalikan mobil agar tetap pada jalurnya. FYI padahal Gilang ini sempat ga lulus ujian tulis loh waktu bikin SIM A barengan sama gue, kalo gue sih langsung lulus.. :p

                                                        dorong yoo doroong ( `-´ )9
Kira-kira Pukul 11 kami sampai di perkampungan warga. Warga dengan antusias sudah menunggu kedatangan kami. Segala fasilitas nomer wahid yang mereka punya di suguhkan demi kenyamanan kami. Sambutan warga yang luar biasa hangatnya, menghapus segala peluh keringat kami. Kondisi disana masih tertinggal. Kami tidak menemukan tanda-tanda listrik sudah masuk disana. Sampai-sampai salah seorang dari kami bergurau “kalo orang sini ditanya siapa Presiden Indonesia sekarang, mungkin jawabnya masih Pak Harto.” Hmm.. bisa jadi.

                                                            disambut warga ˆ⌣ˆ

Sesampainya disana sebagian dari kami ada yang beristirahat, ngebaso, dan foto-foto. trus gue ngapain? berhubung jiwa modelling gue sedang menggebu-gebu saat itu akhirnya gw ambil opsi ketiga, okay..

                                                                     *malu*

                                                  sempet-sempetnya foto begini -___-

Seminggu berselang, tiba- tiba kelas kami mendapat undangan dari DPRD Kab. Pandeglang dalam rangka menghadiri sosialisasi tata cara pemilu. Kebetulan pada saat itu tanggal 9 April 2009 bakal diadain pemilu. Oia hampir ketinggalan, ada cerita unik sewaktu konvoi pulang dari baksos. Rombongan kami sempat dianggap berasal dari partai politik yang sedang berkampanye karena jaket kelas kami berwarna merah agak mirip jaket parpol. Dengan jelas saya mendengar warga ada yang berteriak "Merah, benerin jalan dong!" Ampun paak, kita bukan dari partai banteng merah -____- MERDEKA! #eh

Pukul 9 kita berangkat dari sekolah, sesampainya di sana kita bertemu dengan perwakilan dari sekolah lain dan larut dalam kebersamaan hingga acara selesai. Setelah acara berakhir, tumpukkan nasi kotak sudah menanti kami di pintu keluar, tidak hanya itu, tiap anak pun diberi ongkos transport masing-masing sebesar 10 ribu! Wooooww jumlah yang sama dengan sumbangan kami untuk baksos. Setelah puas menyantap nasi kotak, kami memutuskan untuk kembali ke sekolah dengan berjalan kaki. Bukan karena kami ga modal sampai-sampai ga bisa naik angkot, tapi karena kami merasa moment seperti ini akan sulit terulang lagi mengingat kami sudah tingkat akhir dan sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional. Cuaca pun mendu(ku)ng sehingga sempat kehujanan di tengah jalan. Ah, tapi itu semakin menambah kehangatan dan keakraban kami semua.

                                                makan gratis, Alhamdulillah.. (˘ڡ˘)

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN KEPADANYA DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (Q.S. 2:245)
Apa yang tertulis di Alqur'an adalah apa yang langsung diserukan Allah kepada umatnya. Kejadian ini adalah sebagian kecil dari bukti bahwa Allah Mahakaya dan Maha menepati janji. Allah mengganti apa yang kita sedekahkan dengan yang setimpal, bahkan bila dikalkulasikan, ini semua jauh lebih besar daripada yang kami berikan. Karena selain diganti 10 ribu, kami juga dapat makan gratis, bolos pelajaran (hehe) dan yang paling penting, kebersamaan yang tak ternilai harganya..